7 Jan 2011

Tanda Mata Denting Dua Belas

Bandul jam berayun malas, bertumbukan keras hasilkan denting dua belas kali. Tiba giliran untuk ungkapkan satu suka lagi. Tidak harus tepat di detik pergantian hari, hanya jemari tak sabar laporkan satu lagi temuan dari sela-sela artefak ingatan.

Saat larut, kulawan pekatnya. Kujaga sadar tetap terjaga, jangan sampai kantuk di pelupuk mencurinya. Bergegas, seolah mega merona di ufuk timur pengiring surya menjelma tirai penutup panggung, mengharamkan kisah ditampilkan.

Kunanti denting dua belas kali sembari membolak-balik jejak rasa, mencari remah-remah dalam kebersamaan untuk dirangkai dalam kata, untaian ambigu, tampilkan kisah di panggung kata-kata pamerkan gemulai indah tarian lidah.

Satu suka pada denting dua belas kali, sisakan senyum sebelum pasrah terpejam masuk alam mimpi. Tanpa sadar, kulepaskan tawa kecil iringi kilas roman panggung pikiran, manis.

Satu suka, sebentuk doa agar yang pernah ada tidak akan sirna. Menyajikan satu lagi syukur atas nikmat candu yang mabukkan jiwa. Serupa pupuk bagi rasa yang hampir layu diserang hama pilu musim dingin.

Kukecup bayangmu yang hadir sebelum lelap mendekapku erat-erat. Kudekatkan bibirku ke samping telingamu yang telah hanyut dalam lelap. Sekadar bisikkan kata terima kasih, (mu).



(Jumat dini hari. Sejuk malam berintik membangunkan lelapku)


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

2 komentar: