31 Des 2010

12. Akhir

Aku suka akhir tahun 2008 telah menggiring hatiku meninggalkannya menuju kamu.

(31 Desember 2010)

30 Des 2010

Tahan

La la la la la. Dusta kalau amarah saya untuk kamu. Elus dikit luluh. Nyengir dikit reda. Pertanda akan balik ngambek, saya nyerah. Sialan!!!!

(Kamis malam. Kamu lupa janji. Kuya!)



Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Mundur

Hari ini aku sampaikan, Aku pamit mundur gaya undur-undur. Meraba beberapa langkah ke belakang tanpa menoleh sedikit pun. Pandanganku tetap ke depan, mencari sorot matamu.

Aku pamit mundur sedikit. Dihadang desakan yang menjerembab kaki, menjatuhkan hati hingga lebam. Sejenak aku mundur untuk menelan hampa. Menahan muakmu agar tak jadi mual lantas muntah.

Jangan kau cari, aku tak kemana...

Kau tak pernah mencari.



(Rabu malam, berlimpah kecewa)

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

13. Kisah

Aku suka kisah sendu, keluh-kesah, ganjalan hati, kuculasan dunia, ketimpangan takdir dan segala hal yang mengganggu pikiran dan hatimu kau tumpahkan hanya padaku. Kecil hati jika fungsi ini tidak kau yakini adanya.

(30 Desember 2010)

29 Des 2010

Sampah

Tuangkan gundahmu, ceritakan perihmu, bagi bebanmu kala kau larut gembira bukan denganku.

Kalau tidak, aku usahakan. Kalau lelah, aku paksakan. Kalau kecewa, hanya bersabar saat harap adalah semu tak akan nyata.

Saat terjatuh, kau bilang bangkit. Saat mencoba bangkit jatuhkan aku ke relung-relung gelap tanpa pijak.

Ku tatap dirimu, kau palingkan wajah. Saat aku kupalingkan diri, iming-iming halangi jauhku.



Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

#abaikan

Selalu kukatakan ini proses
Kurang baik menjadi baik
Semacam sikap bisa diubah
Pandangan hidup bisa dipelajari
Perasaan bisa berbalik arah
Pendapat tidak perlu dihakimi

Walau iman tak akan goyah
Leluhur adalah bawaan lahir
Takdir yang lebih dari iman
Tak ada kuasa untuk mengubah
Tidak juga bisa berganti
Dipelajari pun tak akan jadi

Aku pikir seiman saja cukup

Tidak bagi kalian...

Semoga ini hanya proses


*Hey, buat kamu yang nanti baca jangan ketawa-tawa aja. Tentang semalam kepikiran juga ternyata. Hahaha. Gak usah komen, ga bisa komen juga ini. Weeek! :p


(Rabu pagi, masih dari sinyal kuat melaporkan)






Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Selamat Tidur

TERLELAPLAH DALAM BAHAGIA
Bermalam-malam telah kusisakan separuh mimpi indahku, untukmu
Hanya karena aku tak mau kau disekap gelisah yang mengasah pilu

Izinkan aku, menitipkan kata "selamat tidur" untukmu dan tersenyumlah...
Karena itu telah cukup bagiku
Bahkan, lebih dari cukup bahagiaku
Berbahagialah dalam tidurmu, malam ini
(Moammar Emka)


"Untuk kamu yang masih belum terlelap, aku duluan. Saat kamu akan tidur, telah ku kirimkan pada bulan yang mulai melirikku dengan sinis"



(Rabu dini hari. Kamu masih belajar, lekas pintar!)
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

14. Kesediaanmu

Aku suka kesediaanmu mengubah posisi duduk saat aku mulai menyandarkan kepalaku di bahumu. Tinggi kita tidak terpaut jauh, tapi kau akan pastikan aku nyaman, senyaman-nyamannya nyaman.

(29 Desember 2010)

28 Des 2010

12:41, Sebuah Durasi

Dear diary,

Hari ini bukan hari terbaikku, tidak terlampau buruk juga. Cukup membuatku dirundung kerinduan mendalam. Keadaan sekarang berbeda. Kampus adalah sarang senduku. Dulu di sana banyak tawa, tapi tau... Kini aku hanya duduk sendiri. Saat pandanganku menyisir setiap sudutnya, adegan bahagia masa lalu terputar kembali. Samar-samar seperti bayangan transparan. Tau apa jadinya? Menyedihkan.

Harus aku telan semua itu, semua akibat ulahku sendiri. Keputusan yang kurang pertimbangan matang. Setengah tahun belakangan ini aku tersiksa. Luntang-lantung dirundung rasa bersalah. Baru belakangan ini aku berhasil mengobati setiap keperihan yang datang. Obatnya, kutertawakan saja semuanya. Menertawakan diri sendiri.

Baru kali ini aku tumpahkan. Taukah kalian apa yang selama ini menggangguku? Taukah kalian rasa bersalah yang selama ini aku tepis, ku anggap saja ini proses hidup. Taukah kalian aku mencoba mengapai-gapai dinding tanpa pegangan. Taukah kalian kepalsuan tabahku.

Tidak pernah aku katakan. Hanya padamu, karena tak tahan. Dan kamu yang diam ini tidak pernah menghakimiku. Rispondimi... Sudahlah, tak perlu sesali. Sudah begini, hadapi saja. Tanggung semuanya. Aku pernah punya masalah dengan tidak punya masalah. Dan inilah, saat inilah jawaban permasalahan lampau itu. Kujalani, pasti berarti. Bukankan ini yang kuinginkan, agak berkelok. Dan disinilah aku.

Beberapa hari ku pendam kerinduan padanya. Kupendam karena kurasa dia mungkin saja muak. Simpan saja. Keadaan ini tentu bukan menambah baik. Sungguh. Lengkap sudah hari ini. Ingin bernaung, tak ada perlindungan. Ingin menangis, tak ada sandaran.

Siang tadi kuhabiskan dengan menatap kosong seisi jagat yang melintas. Aku biarkan makan siang yang berlarut-larut. Tak mengeluh lima puluh menit pesananku tak kunjung sampai di meja. Aku pandangi mereka yang tertawa. Aku perhatikan mereka yang berinteraksi. Seperti aku tidak terlihat mereka.
Menjelang siang hangat mulai menipis, lagi-lagi mega mendung menghardik senja keemasan untuk datang sore ini. Lembab, basah, dan dingin. Hampir tak kuasa menghadapi malam. Sampai... 'Take My Heart' dari Soko mengalun dari seluler.

Aku tentu tau siapa di ujung sana, suka cita aku menjawab panggilanmu. Jam yang tidak biasa panggilan absenmu. Langsung aku ceritakan hariku, kisah keluh diselingi gurau agar kau tidak ikut kesal. Panggilan berdurasi 12 menit 41 detik ini cukup panjang bagi kita. Tidak ada esensi berarti yang jadi topik. Karena bukan topik esensinya. Kehadiranmu. Aku rasa cukup menjadi cadangan panas untuk menghadang malam. Besok aku rasa terik akan menghangatkan, semesta tidak mungkin begitu kejam. Secepatnya aku harapkan pertautan.

"Hey kamu lagi apa?"
"Ngunyah Fullo"
"Apa itu Fullo?"
"Semacam Chocolatos dengan tingkat kegaringan lebih tinggi"

Penghiburan atas sedikit gelisahku. Pelarian mungkin. Apapun... kau membunuh sakit atas itu.


(Sore biasa membawa sendu)

15. Percakapan

Aku suka percakapan yang merambat dari sambungan seluler, walau tidak lagi mesra dengan suara mengecup diakhirnya. Kejadian langka yang hanya pada jam kerja. Sulitkah?

(28 Desember 2010)

27 Des 2010

Dari Teh Tentang Manis


Sore ini Bandung makin dingin sehabis hujan dan madih gerimis. Kuseruput teh hangat ditemani Verkade Speculaas sambil duduk bersama Mbah Uti. Teh hangat ini pun harus dinikmati bergegas karena di sini, saat ini, suhu lekas membunuh panasnya teh. Kurang nikmat rasanya jika suhunya keburu turun.

Berkali-kali kupenuhi mugku dengan teh hangat. Sungguh... Menikmati sore dengan cara begini, syahdu. Ya... Mungkin itulah awal mula kebiasaan minum teh menjelang senja.

Tak banyak obrolan yang mengalir antara aku dan Mbah Uti. Hanya sedikit curhat tentang Mbah Kakung yang semakin berpolah. Aku hanya memandangi warna coklat bening berkilau air teh yang memantulkan sedikit serpihan cahaya yang tidak keemasan. Tetap terpantul, bluish hasilnya.

Aku tidak suka teh yang terlalu manis, teh buatan orang Jawa biasanya terlampau manis. Kadang aku pilih teh tawar atau teh hijau sekalian. Pahit, tapi entahlah... Masih bisa dibilang nikmat. Baiklah, kali ini otakku bukan ingin bercerita tentang pahit. Tentang manis.

Pada dasarnya, teh itu sepet tapi saat ditambah gula secukupnya akan menjadi nikmat. Teh manis, minuman paling populer yang disajikan di tanah kita. Sepet ditambah sedikit manis gula. Begitu pula dengan kopi, pahit ditambah sedikit manis. Atau dengan susu, gurih ditambah dengan sedikit manis. Dalam memasak pun asin dengan sedikit manis kunci kesedapan.

Jika kita asosiasikan rasa yang dikecap lidah dengan perasaan yang ditimbulkan hati, biasanya manis mewakili kebahagiaan. Lainnya, berarti bukan bahagia.

Sepet, pahit, gurih, asin, maupun simbolisasi perasaan bukan bahagia lainnya menjadi nikmat saat dibubuhi secukup gula, manis. Kebukanbahagiaan akan nikmat jika sedikit saja mendapat kebahagiaan.

Atau...

Bahagia sepenuhnya tanpa kehadiran sedikit bukan bahagia akan terasa kurang nikmat?

Mungkin, setiap hal itu nikmat...

Bagaimana kita meresapi rasanya saja.

Mungkin...



(Senin sore. Partikel tetes air menyelimuti mega, kelabu)

16. Kita

Aku suka kita menertawakan keterkaitanku dengan tokoh-tokoh lalumu. Mereka semua baik, tentu. Jadi, jangan bungkam jangan ragu. Aku baik saja dengan semuanya. Sungguh.

(27 Desember 2010)

26 Des 2010

Delapan Enam

Pelangi rekayasa
Siluet kala senja
Dalam satu kotak
Tetap memukau

Duduk bersisian
Dua-dua, atas-bawah
Jaga jarak aman
Pengawas, booiii...

Nasi kapau Kwitang
Menghadang tengah malam
Mengganjal perut
Menahan kantuk

Temaram lampu kota
Mengajak hati terjaga
Pergantian hari
Tak ingin usai

Delapan enam, komandan!


(Minggu dini hari. Masih terlalu gembira untuk terlelap. Terima kasih hari ini, sayang)

17. Tadi

Aku suka tadi. Kalau tadi boleh jawab kenceng pas kamu tanya "Kamu seneng?" maunya jawab "Seneeeeeeeeeeng banget!!!!" sambil loncat-loncat peluk-peluk kamu deh deh deh. Tapi gak bisa. Hihihi. Dibawah pengawasan. Ups! Aku... Suka! Rasanya ini posting aku suka yg kurang mendayu. Sebodo aaah... Aku senang!

(26 Desember 2010)

25 Des 2010

Gugup

Hai senja... bergegaslah
Munculkan mega-mega emas
Doa dalam hati tak henti
Semoga baik-baik saja
Ingin lekas tapi belum siap
Berharap lambat tapi lelah
Bukan aku yang menceburkan diri
Tapi beliau yang menghampiri
Kiriku bilang ingin sisihkan
Lebih cepat lebih baik
Kananku berkata ingin mendekat
Menggali lebih dalam lagi
Semoga kerlip malam ini indah
Menjauhlah lidah kaku
Simetrislah bibir senyum
Dan kamu, bantu aku


(Sabtu sore. Sialan!!! Ini geludug tambah bikin gugup)

18. Mendengar

Aku suka mendengar liliran mengumpulkan nyawa darimu yang mencoba beranjak dari lelap di ujung sambungan seluler. Dapat kucium aroma tidurmu yang apek dan asam ngangenin itu. Nada suaramu merajuk, merengek. Manja!

(25 Desember 2010)

24 Des 2010

Another First Date

"Maaak Ijah pake baju rombeng!!!"

Begitulah lontaran kata yang berjajar dalam benakku saat kau kabari aku siang tadi. Tanpa sadar deg... deg... deg... mengalun di rongga dadaku, aliran darah terasa sekali menyusuri setiap denyutku.


"Buuuuun, tolongin... Aku pake baju apa ya?"
"Yang sopan, gak lahak"
"Oke, tunggu sebentar ya. Nanti aku mix and match dulu, nanti bantu pilih"
"Oke!"
"Omaygat!!! Ini aku kaya mau first date deh ya? Hwahahahaha"
"Hahahahaha. Gak apa-apa biar kamu semangat"
"Hihihi. Makasih, bentar ya"

Kususun beberapa helai pakaian yang aku rasa pantas. Kupadu-padankan agar serasi dan tentu saja, sopan. Foto, send and share. Bukan manipulatif hanya tidak ingin misinterpreted.

"Nih. Mana? Pertama, kedua, atau ketiga? Ketiga ya?
"Yang kedua aja, ketiga manis tapi terlalu santai. Itu lahak gak yang kedua?"
"Nggak ko. Nggak lahak"
"Oke, yang kedua tapi bawa jaket atau apalah soalnya kan biasanya teater dingin"
"Oke deh! Terima kasih darling. Muah muah dah!"
"Kaya mau ngapain aja dah"
"Hihihihi"

Ya... Yang sulit adalah mental. Fuh... Fuh... Fuh... Jauh-jauh tampang pongo! Kayanya akan berakhir dengan pipi kaku hasil senyam-senyum mesam-mesem kikuk. La... La... La... Wish me luck! *smooch


(Jumat malam, groginya udah di mulai. Dasar bodoh!)

19. Diyakinkan

Aku suka diyakinkan dengan "tapi kan nggak beneran" atau "gak penting itu/dia". I put my trust on you.

(24 Desember 2010)

23 Des 2010

Bukan Karena, Tapi Padahal

Saya ingat masa kuliah, ada seorang dosen yang agak beda. Sulit memahami materi yang di sampaikannya. Sering tidak terkait dengan bahasannya. Penilaiannya entah bagaimana, objektif kurang, subjektif pun rasanya tidak terlalu. Nilai mata kuliah dia adalah peruntungan dan doa.

Jadi, beginilah saya. Dari dia, hanya sedikit materi kuliah yang saya serap, cari tahu sendiri adalah cara cerdasnya. Dia lebih sering menggambarkan materi pada hal nyata. Saya, dan teman-teman sekelas tau dia sangat mencintai istrinya sampai sekarang. Dia ceritakan itu, dan terpancar dari sorot matanya saat dia larut bercerita. "Dalam mencintai, sebaiknya jangan 'karena' tapi 'padahal'. Saya mencintai istri saya karena dia cantik, baik, penyabar. Itu lumrah. Saya mencintai istri saya padahal dia gembrot."

Ledakan tawa dan kekaguman kepadanya seketika itu bersorakan. Tepuk tangan kami pun menutup kalimat itu. Kagum saya atas pelajaran dari Bapak Husein Nawawi, dosen Komunikasi Politik, Teori Komunikasi, Komunikasi Kelompok, Analisis Sistem Informasi, Sistem Informasi Pemasaran dan hidup. Jadi, sekali lagi quote-nya begini:


Mencintai itu bukan 'karena', tapi 'padahal' - Moch. Husein Nawawi

Satu hal yang juga aku ceritakan padamu. Dan kamu menyerapnya dengan baik. Semoga bermanfaat. Bagi kita, bagi kecintaan kita pada siapapun yang bukan karena tapi padahal.

In my brain
I see your face again
I know my frame of mind
You ain't got to be so blind
And I'm blind, so very blind
I'm a man
Can't you see what I am
I live and breathe for you
But what good does it do
If I ain't got you, ain't got you
(Michael Bolton)




(Kamis pagi, dingin menusuk tulang membawa memori masa lalu)

20. Sikapmu

Aku suka sikapmu terhadap mamamu. Such a good boy and his greatest mom. Mengajariku banyak hal. Ingat pesanku sore ini untuk tetap begitu ya! Oiya, sebenarnya aku juga suka beliau, yang kau beri kesan 'anker' itu.

(23 Desember 2010)

22 Des 2010

Pulang

Kemarin malam. Mengarungi ibu kota, menerjang malam. Kebersamaan yang tak lebih dari dua jam. Menggulirkan aku dalam kenangan pada rutinitas pulang kantor yang dilakoni sepasang muda-mudi ibu kota. Pulang bersama, singkatnya.

Awalnya Kebon Jeruk, pertemuan Jalan Panjang dan Kedoya. Selepas magrib meluncur ke sana. Mendapati kamu sudah duduk di tembok pembatas jalan bebas hambatan. Kadang mengunyah roti, mengganjal lapar hingga tiba di rumah.

Sore hari selalu kau ingatkan aku untuk bergegas selesaikan tugas dan temui kamu di sana. Tak jarang aku minta kau menunggu hingga kantormu tutup. Suatu hari hingga menjelang tengah malam kau tertidur di lobi gedung menunggu aku selesai. Itu yang mereka ingat. Tak terulang lagi. Terlalu manis.
Dukuh atas, BNI 46, Sudirman Park titik ideal bertemu karena Rasuna lebih jauh dari Sudirman. Di masa ini, semua lebih mudah, tapi tidak rutin, jarang-jarang. Hanya jika aku rindu padamu lalu bergegas atau memperlambat kerjaku agar pas seperti tidak sengaja pulang bareng kamu. Tidak lagi manis. Karena sudah lelah. Masa krisis.

Selanjutnya, dimana lagi meeting point kita, mu? Kemarin sempat kau ucapkan Kalimantan. Terpisah lautan.


(Rabu malam hujan membangkitkan dinginnya kerinduan)

Untuk 22 Desember

Dia yang bukan korban sinetron
Berpesan 'Jangan pernah matre'
Aku sayang dia karena aku sayang dia
Ini apriori lain setelah kebenaran akan Tuhan
Tidak perlu dipertanyakan
Hanya titik di akhirnya
Tanpa alasan
Tanpa balasan
Titik


(Sore Hujan, semua ramai mengelu-elukan dianya dan aku seketika merindukannya)

21. Saat

Aku suka saat menulis ini kamu ada di sampingku, membuat tangan kiriku tak berdaya untuk bergerak ganti posisi karena terhimpit lengan dan tubuhmu --pulas, lelap dan mendengkur-- di jok belakang laju taksi menerjang malam dalam rintik.

(22 Desember 2010)

21 Des 2010

Oh... la.. la.. Cinta itu Sengit

Aku tak suka kau tak juga berhenti merokok
Aku tak suka kamu tak suka aku merokok
Aku tak suka kamu selalu bangun kesiangan
Aku tak suka kamu tak suka aku kesiangan
Aku tak suka mukamu ditekuk cemberut
Aku tak suka kamu tak suka aku cemberut
Aku tak suka kamu wek wek wek wek wek cerewet
Aku tak suka kamu tak suka aku cerewet
Cinta itu sengit
Kita tarik-menarik

(Cinta itu Sengit - Indie Art Wedding)

Tentang Aku Suka

Biasanya aku mencari ragu, menemukan pembenaran. Mencari ragu yang lain, temukan pembenaran lainnya. Tidak ada habisnya. Lalu kudengar ada yang berkata; kau cari sempurna?



Sekali lagi kuintipi setiap celah dalam diri. Apa menariknya dengan celah? Apa kamu tidak terusik? Kenapa kau terima? Kenapa tidak minta ditambal? Kamu bilang; Lihat sayang, aku pun bercelah.

Celah kita bukan lubang pada balon yang membuatnya lenyap dalam sekali letus. Hanya lubang pada kain tipis bercorak yang jika tertiup angin akan tersamarkan, bukan disembunyikan. Lubang yg membiarkan bernapas. Celah kita membuat kita tetap bernapas, tidak menyainginya- Dia adalah Dia dan hanya Dia yang tanpa celah.

Saat ini aku akan membuat penghiburan sendiri menjelang kenaikan kelas kita. Semacam kilas balik. Kita tidak akan merayakannya. Aku yakin tidak akan. Seperti sebelumnya. Tidak pernah ada perayaan atas itu. Kita tidak butuh (mungkin). Maka, biarkan aku merayakannya untuk diriku atas dirimu.

Melihat setiap corak indah dirimu, mengabaikan celahmu. Seperti yang kau lakukan padaku. Membuatku lebih berterima kasih atas segalanya. Biarkan aku mengingat kembali setiap untaian alasan euthopis yang membuatku disini dan bertahan duduk manis. Dalam satu bulan, aku hanya akan berkata "Aku Suka".


(Selasa pagi, masih menggali aku suka)

22. Berargumen

Aku suka berargumen denganmu dalam pembicaraan tentang hidup dan masa depan. Semacam serius. Aku, bukan satu dari mereka. Aku di luar dugaanmu. Mari biarkan otak kita saling mengenal, berkolaborasi lalu menjalin silaturahmi.

(21 Desember 2010)

20 Des 2010

"In a relationship you have to accept the other person for all of who they are and not just the parts that are easy to like, and your stupid if you turn back on something important as... love." 
(Valentine's Day, 2010)

Nafkah

"Keru... puk... Kerupuk!!!"
"Keru... puk... Kerupuk!!!"

Begitulah suara yang terdengar saat dia berkeliling menjelajahi perumahan dan kampung-kampung bersama tongkat setianya. Tongkat yang membimbingnya pada setiap kelok maupun lekuk-lekuk seksi jalanan yang tidak rata ini. Ujung tongkat adalah matanya. Mata yang membawanya berkeliling mencari penghidupan.

Konon karena panas tinggi yang di deritanya, kini matanya benar-benar hanya cekungan hitam yang gelap karena sudah tidak lagi melihat warna-warni dunia. Ya, pedangan kerupuk palembang yang berkeliling di perumahan saya adalah seorang tuna netra. Dia tinggal di kampung dekat perumahan, bersama istrinya yang juga buta dan seorang anak laki-laki yang berkat kekuasaan-Nya diberkahi sinar di matanya. Sinar untuk menceritakan dunia kepada orang tuanya.

Sementara kemarin sore saya menyaksikan seorang pria paruh baya yang bertubuh bugar berkeliling memanggul karung kain yang sepertinya berisi beras pemberian mereka yang terlalu mudah iba. Tubuh dia bugar, dan wajahnya bukan wajah baru. Bertahun-tahun dia sudah berkeliling sekitar perumahan untuk mencari belas kasihan mereka yang 'bodoh'.

Sungguh, tak ada iba baginya. Pengemis dengan wajah sinis dan seperti akan mengeluarkan taring jika kau tidak memberinya lembaran pecahan kecil maupun besar atau sekaleng kecil beras. Tidak! Bagi saya dia hina. Maaf. Mengemis adalah upaya mudah baginya untuk bertahan hidup dengan tubuh sehatnya. Tanpa harga diri, menjatuhkan diri lebih dalam dalam ketiadaan, demi uang. Mungkin tetap halal. Gak tau juga deh tapinya.

Kontradiksi ya? Si sehat yang mengemis dan si buta yang berjualan. Sama-sama mencari sedikit pengharapan untuk hari esok, hanya saja beda nilainya. Saya lebih menghargai mereka yang berusaha, bukan mencari iba. Mereka yang tidak dicacatkan oleh keadaan dari pada mencacatkan diri yang ditakdirkan normal.

Kicrik... Kicrik... Kicrik!!!
Kicrik... Kicrik... Kicrik!!!

Begitulah suara kaleng susu bekas yang diisi batu. Suara menjajakan jasa pijat yang biasa saya dengar berkeliling perumahan di malam hari. Pedagang kerupuk itu menjelma jadi tukang pijat di malam hari. Sekali lagi tanpa kenal waktu. Ya... Toh siang maupun malam baginya tidak beda. Gelap. Mungkin kali ini demi satu hal, anak laki-laki semata wayangnya yang bisa melihat dunia.



(Senin pagi, standing applause untuknya)

23. Bagian

Aku suka bagian "Now you want to be free, so I'm letting you fly. Cause you know in my heart, babe... Our love will never end" dari penggalan Always Be My Baby-nya David Cook. Itu yang meluluhkan sekaligus meyakinkan aku pada saat itu. You know I love you... x.o.x.o. ;)

(20 Desember 2010)

19 Des 2010

First Song


"Now you want to be free, 
So I'm letting you fly. 
Cause I know in my heart babe, 
our love will never die. No!"

Hmmm... saat itu, bagian itu yang paling ngena loh. Kamu benar. Sungguh... dan aku luluh. Terima kasih untuk terus mencoba, terimakasih untuk lagunya, pada lagunya, untuk headset, dan untuk semua pelajaran yang menakjubkan ini. Ayo naik kelas!!! :)



(Minggu malam, kamu... pulsa aku abis :D)



Mars and Venus pada Malam Metal







"Kenapa kalo cewe itu suka main games yang merancang-rancang gitu?"

"Ya... semacam Sim's gitu? Karena... seru!!!"

"Hmmmm..."

"Sementara cowo suka games berantem-beranteman"

"Iya, cewe itu suka membangun, memelihara"

"Dan cowo suka menaklukan, mengalahkan, menguasai"

*mengangguk

"Seperti Wisnu dan Shiwa ya?"

*melirik

*lanjutin makan



(Malam Minggu yang Metal)

Nina Bobo Melankoli...


I believe in memories because they look so,
So pretty when I sleep
And when I wake up you look so pretty sleeping next to me
But there is not enough time
And there is no, no song I could sing
And there is no combination of words I could say
But I will still tell you one thing
We're better together
We so much better when we're together
We so much better when we're together

(Better Together – Jack Johnson)



Better together meninabobokan melankoli sementara aku menyetel senyum simetris selebar-lebarnya menyambut bangkitnya roman. Melankoli tampaknya sudah mulai jemu. Aku sudah habis akal bermain dengannya, mencari kesenangan yang dikarang-karang atasnya. Aku lelah… dan tidurlah kau melankoli. Tidurlah yang panjang. Kini giliran roman berakrab-akrab denganku. Roman, jangan habis energi menampung curahan kasihku. Selama ini kau hanya ku simpan dalam tabung transparan berlabel memori.

Untuk dia, yang telah disentuh olehmu… Selamat datang kembali hangat!!!! Malam ini metal…

(Minggu dini hari, selepas memadu kasih meninggalkan Carol sembarangan dan lari terbirit-birit hingga terlelap sejenak mendekap hangatnya malam)

24. Ditarik

Aku suka ditarik pipinya. Tempting hah?! Macam mantau! Hap... hap... hap... lalu dilahap. Walau rasanya sedikit tertohok. Itu seperti sambutan selamat datang pipi montok. Rrrrggh.... Tapi tadi aku bales keras loh. Sakit tak? Hihihi
(19 Desember 2010)

18 Des 2010

Saatnya Membangunkan Roman

Saat kerinduanku sedang berupaya untuk membangunkan roman, ternyata dia memang sedang dalam gelisah. Sendirinya, sebentar lagi akan terjaga. Ya, dia akan terjaga dari mimpi panjang yang membuainya lelap. Entah apa mimpinya, sepertinya aku tidak ambil peran di situ. Karena, jika ada aku dalam mimpinya pasti seketika itu juga kau akan terenyak dari tidurmu, mengingat aku yang sedang menunggu bangkitmu. Kubangunkan perlahan-lahan.Tak akan ku guncangkan tubuhmu hingga terhentak. Aku belai dengan sentuhan lembut, selembut buaian yang dulu menimangmu dalam lelap.







(Menjelang Sabtu, melihat pertanda baik, mengatur strategi dan taktik hati)

25. Siang

Aku suka siang itu. Sebelum Carol memecah debu menjadi deru melintasi siang yang lumayan terik dan aku baru mendarat dalam dekapnya yang khas California Car Scent saat kau berkomentar "Wangi kamu beda, mu" sambil memicingkan mata. Hal kecil yang ku kira hanya lalu. Nice :)

(18 Desember 2010)

17 Des 2010

Terbalik

Rapunzel Pasti Gemini


"Dia pasti gemini. Hwaahaahaahaaa"

Aku ingat, begitulah kamu, sang gemini, bergumam dengan buntut ledakan tawa saat menyaksikan salah satu scene Tangled dimana Rapunzel memiliki suasana hati yang berubah-ubah drastis dengan cepat, mungkin hanya dalam hitungan detik. Suka cita pesta pora lalu tenggelam dalam kelam dasar kesedihan, berulang-ulang seperti disetting dengan menu repeat pada playlist yang berisi dua lagu, sedih dan senang. Kamu, di bangku penonton A1 terpingkal-pingkal menyadari kekonyolan yang sering kamu ciptakan sendiri. Aku di bangku penonton A2 hanya melirik, menaikan satu alis.


(Jumat siang, pilin-pilin rambut, ingat si rambut emas)

Baik Saja Cukup

Lihat aku, mereka sebut aku pesimis. Tak berharap tinggi seolah takut jatuh dari bermimpi. Terlihat pasrah menerima segala celah yang terlihat, tak dapat ditutupi, tanpa tawar menawar, tanpa prasyarat.

Seadanya saja. Ya... Terserahlah mau bilang apa. Hanya mencari yang baik bagiku, bukan yang terbaik diantara yang paling baik menurut kalian. Peduli apa aku dengan lirikan kalian, pandangan sinis tidak lagi membunuhku. Semua ini aku yang rasa.

Kupandangi diriku, dari luar ke dalam, atas ke bawah. Sadar dan tau benar. Aku bukan si nomor satu dengan kualitas super, bukan dambaan jutaan orang. Perlahan... Hatiku membisikan sebentuk kecil harapan untuk bisa menjadi yang baik bagimu, dengan segala celahku. Menjadi yang baik bagimu. Baik bagimu. Semoga. Aku... Berusaha.




Spell for myself, charm for universe:
"I'm the girl your ex will friend with, the girl your mom will love, the girl your friend will hang out with and the girl you'll want to be with forever.
Come true!"
Wooooooofffhhh...


(Memasuki Jumat, memanjatkan harapan yang semoga tidak ketinggian. Aku masih takut jatuh)

26. Disebut

Aku suka disebut "smart". Namun tak kupungkiri "hot" pun membuatku melayang. Hahaha. Busuk!

(17 Desember 2010)

16 Des 2010

Feromon, Bukan Minyak Nyonyong


"Aku suka baumu, khas tubuhmu, bukan wangi parfum mungkin keringat. Tapi sungguh, aku suka baumu. Hanya baumu jika tanpa sengat A Mild terbakar. Asem."

Mungkin aku jatuh cinta gara-gara feromon. Feromon adalah unsur kimia yang tak terlihat yang dilepaskan oleh tubuh manusia, seperti juga apa yang terjadi pada makhluk mamalia lain. Zat ini menjadi pertanda bagi macam-macam hal, termasuk nafsu seksual dan rangkaian genetis dalam tubuh kita. Feromon juga disebut 'aroma seksual untuk ketertarikan'.

Dalam The Lovers' Book dijelaskan bahwa mencium bau seseorang adalah bagian dari proses seleksi, ini berhubungan erat dengan keadaan genetik manusia.

Bau badan kita akan menjadi harum untuk seseorang yang memiliki kekebalan tubuh yang berbeda dari tubuh kita sendiri-nggak romantis banget ya? Teorinya adalah ketika dua tubuh menggabungkan dua buah kadar kekebalan yang berbeda, keturunannya akan menjadi manusia yang lebih kuat dan lebih sehat dibandingkan dengan orang tua mereka. Secara naluriah, inilah tujuan utama di balik ketertarikan seksual kita pada orang lain.

Jadi, lain kali saat menghirup aroma tubuh pasangan (ini mungkin aroma yang paling kamu suka di dunia ini), jangan lupa untuk menghirup feromon miliknya, bukan hanya parfumnya. Feromon inilah yang akan menegaskan bahwa kita berjodoh atau tidak (tergantung apakah hidung pasangan juga 'mengiyakan').

"Kalau aku sih... Suka. Kamu? ;)"

(Kamis malam, mengingat-ingat aroma acem ngangenin. Sniiiff... Sniiff!)

Kematian Sang Roman

Terisak aku di penghujung hari. Mengenang dia yang telah pergi. Entahlah... Kuharap kematiannya tidak abadi. Semoga ini hanya mati suri, atau setidaknya bisa bangkit sebagai zombie.

Juwita malam terlampau sunyi, diiringi nyanyian jangkrik. Belum habis tenagaku untuk dipaksa beristirahat. Tak mungkin jatuh terlelap. Dalam gelap aroma malam menjelajahi kenangan saat kau masih disini. Dingin yang menusuk semakin menyiksa dengan sepi.

Terbawa dalam saat-saat bersamaanmu membuatku semakin terpaku. Tiada terkira kau akan pergi meninggalkannya bersamaku. Awalnya kupikir kalian satu, ternyata keliru. Kematianmu membawa pilu, menyisakan pahit. Sebaliknya, kehadiranmu sangatlah manis, berwarna cerah.

Kamu yang membawa suara kecupan diujung saluran telepon setiap akhir percakapan. Dirimu yang dengan ramah mengamit tanganku di keramaian. Engkau yang melontarkan kata-kata mesra hanya untukku. Kau yang menyuguhkan kehangatan tanpa diminta.

Sungguh, aku merindukanmu yang kini tiada. Aku merindukanmu, roman. Bukan dirinya, tapi keberadaannya yang dulu, dimana kamu menyertai langkahnya saat bersamaku. Bangkitlah dari matimu! Katakan ini hanya tidur panjangmu! Bangun, roman! Bangun!

"Aku rindu..."


(Kamis muda. Kerinduan yang sama... kemana angin membawanya? Tak sampaikah padamu?)

Rival Terkutuk


Cemburu Buta
Kini dia yang selalu bersamamu
Selalu dalam dekap mesra tanganmu
Tak akan lepas dari pandanganmu
Kau tunjukkan pada semua orang
Dia yang penampakannya mirip aku
Tapi tetap bukan (aku lebih hot)
Lebar dari depan, tipis dari samping
Ooooh... iPhone, cemburu aku padamu

Setelah email dengan subjek 'Cemburu Buta' kulayangkan padamu... Malam ini... jempol tanda permusuhan diacungkan, genderang perang ditabuh, dan tanduk di kepalaku mulai tumbuh. Murka.

"Selamat tidur menggenggam hengpon!!!"


(Baru masuk Kamis, contact free day untuk Rabu. Yeay!!! Terima kasih iPhone!)

27. Gombalan

Aku suka gombalan; "Aku suka iPhone soalnya mirip kamu, dari depan lebar dari samping tipis. Hahaha". Paling 'romantis' abad ini. Damn, you! Kutetapkan iPhone sebagai rival. Tanda seru tujuh kali, ngajak perang.

(16 Desember 2010)