Aku berteriak hingga parau, tapi ini seperti berada di dalam topless dinding kaca tebal yang kedap udara. Diluar sana, tak bergeming.
Parauku kupaksa hingga terisak. Sehabis-habisnya tenagaku menyerukan, memanggil namamu. Terbata-bata, hanya terucap kata sepatah-patah. Tak lagi utuh hingga kabur maknanya. Tetap sarat akan lantunan keputusasaan.
Aku lelah, kupecahkan kacanya. Pecah. Serpihannya menyayatku dalam-dalam. Mati kelelahan ditikam buaian semilir dingin Si Angin Malam.
(Hari apalah ini, intinya malam-malam. Dibuat kesal oleh ulah zero feedback Si Buncit sejak lepas magrib. Tidur? Gile!)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar