Kembar

Seperti biasa, jadwal pertemuan yang terselip diantara serangkaian aktivitas kamu dimana hanya mengijinkan aku untuk mengambil lima jam dari tujuh kali dua puluh empat jam milik satu pekan. Ya, rutinitas standar yang mulai seperti pengulangan ritual kali ini kita putuskan untuk diselenggarakan di Sabtu malam. Tidak ada yang baru. Bukan kegiatan baru, pun bukan tempat baru. Seperti biasanya, selalu saja ada yang berbeda.Ya, aku mengingat setiap pertemuan karena selalu ada detail yang tak serupa, selalu ada kebaruan walau hanya hal kecil dan tak kasat mata. 

Kamu yang biasanya mudah terpancing dengan kebodohan para pengendara kali ini justru lebih tenang. Sebaliknya, aku meneriaki si pelaku kebodohan sambil mengeluarkan hampir sebagian tubuhku melalui celah jendela. Sebenarnya tidak bodoh, hanya orang egois yang tidak rela sedikit direpotkan untuk kemaslahatan bersama. Aku, geram. Lucunya, kamu tertawa. Kali ini kita bertukar peran sejenak.

"Kamu  kenapa jadi marah-marah gitu, mu?" pertanyaan yang diiringi tawa menyebalkanmu.

"Aku gak suka aja sama orang bodoh" kata-kata yang meluncur mulus dari bibirku dan kembali meledakan tawamu.

Ya Tuhan... Sadarkan aku! Hahaha. Seketika itu aku sadar. Aku telah menjadi seperti kamu. Atau mungkin memang begitu sebenarnya aku. Aku seperti kamu. Aku meniru perilaku yang sering aku lihat dari kamu? sebenarnya bukan begitu. Pada dasarnya aku sering melakukan itu, hanya saja... Kamu seperti pawangku. Membawa aku jauh lebih terkendali, dibawah kendaliku sendiri. Bagian ini aku sebut 'jika tidak untuk menjadikan diriku lebih baik, untuk apa?'.

Memang banyak kesamaan kita dalam memandang realita. Kalau tidak sama, argumentasi dilancarkan. Aku suka saat-saat seperti ini. Suatu hari kamu berkomentar "Kamu luas". Ya, memang saya lebar itu kenapa kamu suka iPhone. Hahaha. 

Selanjutnya.... kita membahas tentang salju saat natal dan para gembala yang membuatmu tenggelam dalam 'hmmmmm'-mu. :)

(Sabtu Malam, sepulang memadu kasih yang diselingi sedikit intrik layaknya sinetron)