16 Des 2010

Feromon, Bukan Minyak Nyonyong


"Aku suka baumu, khas tubuhmu, bukan wangi parfum mungkin keringat. Tapi sungguh, aku suka baumu. Hanya baumu jika tanpa sengat A Mild terbakar. Asem."

Mungkin aku jatuh cinta gara-gara feromon. Feromon adalah unsur kimia yang tak terlihat yang dilepaskan oleh tubuh manusia, seperti juga apa yang terjadi pada makhluk mamalia lain. Zat ini menjadi pertanda bagi macam-macam hal, termasuk nafsu seksual dan rangkaian genetis dalam tubuh kita. Feromon juga disebut 'aroma seksual untuk ketertarikan'.

Dalam The Lovers' Book dijelaskan bahwa mencium bau seseorang adalah bagian dari proses seleksi, ini berhubungan erat dengan keadaan genetik manusia.

Bau badan kita akan menjadi harum untuk seseorang yang memiliki kekebalan tubuh yang berbeda dari tubuh kita sendiri-nggak romantis banget ya? Teorinya adalah ketika dua tubuh menggabungkan dua buah kadar kekebalan yang berbeda, keturunannya akan menjadi manusia yang lebih kuat dan lebih sehat dibandingkan dengan orang tua mereka. Secara naluriah, inilah tujuan utama di balik ketertarikan seksual kita pada orang lain.

Jadi, lain kali saat menghirup aroma tubuh pasangan (ini mungkin aroma yang paling kamu suka di dunia ini), jangan lupa untuk menghirup feromon miliknya, bukan hanya parfumnya. Feromon inilah yang akan menegaskan bahwa kita berjodoh atau tidak (tergantung apakah hidung pasangan juga 'mengiyakan').

"Kalau aku sih... Suka. Kamu? ;)"

(Kamis malam, mengingat-ingat aroma acem ngangenin. Sniiiff... Sniiff!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar