Saya ingat masa kuliah, ada seorang dosen yang agak beda. Sulit memahami materi yang di sampaikannya. Sering tidak terkait dengan bahasannya. Penilaiannya entah bagaimana, objektif kurang, subjektif pun rasanya tidak terlalu. Nilai mata kuliah dia adalah peruntungan dan doa.
Jadi, beginilah saya. Dari dia, hanya sedikit materi kuliah yang saya serap, cari tahu sendiri adalah cara cerdasnya. Dia lebih sering menggambarkan materi pada hal nyata. Saya, dan teman-teman sekelas tau dia sangat mencintai istrinya sampai sekarang. Dia ceritakan itu, dan terpancar dari sorot matanya saat dia larut bercerita. "Dalam mencintai, sebaiknya jangan 'karena' tapi 'padahal'. Saya mencintai istri saya karena dia cantik, baik, penyabar. Itu lumrah. Saya mencintai istri saya padahal dia gembrot."
Ledakan tawa dan kekaguman kepadanya seketika itu bersorakan. Tepuk tangan kami pun menutup kalimat itu. Kagum saya atas pelajaran dari Bapak Husein Nawawi, dosen Komunikasi Politik, Teori Komunikasi, Komunikasi Kelompok, Analisis Sistem Informasi, Sistem Informasi Pemasaran dan hidup. Jadi, sekali lagi quote-nya begini:
Mencintai itu bukan 'karena', tapi 'padahal' - Moch. Husein Nawawi
Satu hal yang juga aku ceritakan padamu. Dan kamu menyerapnya dengan baik. Semoga bermanfaat. Bagi kita, bagi kecintaan kita pada siapapun yang bukan karena tapi padahal.
In my brain
I see your face again
I know my frame of mind
You ain't got to be so blind
And I'm blind, so very blind
I'm a man
Can't you see what I am
I live and breathe for you
But what good does it do
If I ain't got you, ain't got you
(Michael Bolton)
(Kamis pagi, dingin menusuk tulang membawa memori masa lalu)
awas loh jadi mantunya pak husen disilet2 nanti
BalasHapusIiiih aku mah bersedia banget netekin anakku nanti. Awch! Perih cucum!
BalasHapusLagian kan alia yg mau jdi mantunya. Ahahaha
bukan cinta 'karena' tapi 'walaupun'.
BalasHapussama aja yaak? ehehe.
Hehehe ho oh.
BalasHapusSama aja. :p