27 Des 2010

Dari Teh Tentang Manis


Sore ini Bandung makin dingin sehabis hujan dan madih gerimis. Kuseruput teh hangat ditemani Verkade Speculaas sambil duduk bersama Mbah Uti. Teh hangat ini pun harus dinikmati bergegas karena di sini, saat ini, suhu lekas membunuh panasnya teh. Kurang nikmat rasanya jika suhunya keburu turun.

Berkali-kali kupenuhi mugku dengan teh hangat. Sungguh... Menikmati sore dengan cara begini, syahdu. Ya... Mungkin itulah awal mula kebiasaan minum teh menjelang senja.

Tak banyak obrolan yang mengalir antara aku dan Mbah Uti. Hanya sedikit curhat tentang Mbah Kakung yang semakin berpolah. Aku hanya memandangi warna coklat bening berkilau air teh yang memantulkan sedikit serpihan cahaya yang tidak keemasan. Tetap terpantul, bluish hasilnya.

Aku tidak suka teh yang terlalu manis, teh buatan orang Jawa biasanya terlampau manis. Kadang aku pilih teh tawar atau teh hijau sekalian. Pahit, tapi entahlah... Masih bisa dibilang nikmat. Baiklah, kali ini otakku bukan ingin bercerita tentang pahit. Tentang manis.

Pada dasarnya, teh itu sepet tapi saat ditambah gula secukupnya akan menjadi nikmat. Teh manis, minuman paling populer yang disajikan di tanah kita. Sepet ditambah sedikit manis gula. Begitu pula dengan kopi, pahit ditambah sedikit manis. Atau dengan susu, gurih ditambah dengan sedikit manis. Dalam memasak pun asin dengan sedikit manis kunci kesedapan.

Jika kita asosiasikan rasa yang dikecap lidah dengan perasaan yang ditimbulkan hati, biasanya manis mewakili kebahagiaan. Lainnya, berarti bukan bahagia.

Sepet, pahit, gurih, asin, maupun simbolisasi perasaan bukan bahagia lainnya menjadi nikmat saat dibubuhi secukup gula, manis. Kebukanbahagiaan akan nikmat jika sedikit saja mendapat kebahagiaan.

Atau...

Bahagia sepenuhnya tanpa kehadiran sedikit bukan bahagia akan terasa kurang nikmat?

Mungkin, setiap hal itu nikmat...

Bagaimana kita meresapi rasanya saja.

Mungkin...



(Senin sore. Partikel tetes air menyelimuti mega, kelabu)

4 komentar:

  1. "Bahagia sepenuhnya tanpa kehadiran sedikit bukan bahagia akan terasa kurang nikmat?"

    ampe 3x baca kalimat yg itu...*dungu

    sederhana penjabarannya, tapi suka isinya.. =)

    BalasHapus
  2. Hahahaa gw pun klo ulang2 bacanya jdi bingung sendiri. Mungkin begini lebih baik:

    Bahagia sepenuhnya tanpa kehadiran sedikit 'bukan bahagia' akan terasa kurang nikmat?

    Hehehehe :p

    BalasHapus
  3. tetep aja geuleeuuhh...lieeurr...hehe

    BalasHapus
  4. Uwahahaha...
    Diajar nyarios Sunda dimana atuh, neng?
    *belajar ngomong Sunda dmn neng? :D

    BalasHapus