Dulu sulit ku cerna reformasimu. Terkadang terlalu drastis. Reformasi bukan Revolusi. Manismu berubah getir. Hangatmu ditelan dingin. Sulit dicerna. Kerisauan memelukku erat-erat. Diliputi kebingungan. Satu momentum. Satu penjelasan, cukup bagiku. Jelas semua di mataku. Aku hanya perlu adaptasi. Semua kompromi menjadi sakhik. Aku tak minta kau bawa kemana. Belajar dari salah, sekarang karena kemarin.
Aku perhatikan dirimu. Mengarah pada tauladan. Preman insyaf. Itu sebab tak kugubris mereka yang serukan cari petarung pengganti, atau cadangan. Jagoan tangguh yang kini bersamaku_superman!. Calon pemimpin bijak menurutku, imam. Walau setiap kata sakral berawalan huruf 'k' itu bergumam dari mulutmu membuat punggungku merinding. Bergidik. Sekarang bimbang menantangku, belum siap. Walau tak berarti sebuah ajakan_tak sedikit yang pernah kau ajak, jdi tak boleh kuanggap serius. Satu hal, semoga aku baik bagimu. Sudahlah, sekarang adalah sekarang.
Kadang tak sanggup kusaksikan lagamu di medan perang. Kukatakan padamu, kau terlalu memaksakan diri. Iba, haru, tak tega. Miris, sekuat apapun kau ayunkan pedang, kemenangan tak memihak atau sekadar rela berbelas kasihan. Aku hanya bisa menyerukan teriakan dukungan seraya melantunkan doa, mengucap mantra. Menjadi supporter setiamu. Tak rela jika kau dipandang sebelah mata. Turut sakit saat kau kecewa, kalah . Berjuanglah, karena sekarang untuk esok.
"Kamu...
Dengan PD 100%
Selamat berjuang
Doaku mengiringi
Go Jagoan!!!!"
*sunjidat
(Malam gulita, mati lampu hujan rintik di Bandung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar